:: telp. (0752) 7834358 +6281261099884 smikagam@gmail.com smkbatutaba@gmail.com
Info Sekolah
Wednesday, 24 Jul 2024
  • Motto SMK Negeri 1 Ampek Angkek : Mengembangkan kompetensi dan profesionalisme untuk mencerahkan anak bangsa

Sejarah Singkat

Sejarah berdirinya SMKN 1 Ampek Angkek

SMK Negeri 1 Ampek Angkek Kabupaten Agam didirikan dengan SK Depdikbud RI No.107/0/1997; Tanggal 16 Mei 1997 dengan nama saat itu adalah Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK ) Negeri 1 IV Angkat Candung, Kabupaten Agam, dibangun melalui Proyek Pendidikan Kejuruan dan Teknologi Depdikbud RI ( VOCTECH ) melalui bantuan Luar Negeri LOAN ADB No. 1319-INO/Tahun 1996/1997 diatas tanah seluas 1,7 Ha yang berlokasi di Nagari Batu Taba, Kecamatan IV Angkat Candung, Kabupaten Agam.

Awal berdirinya SMK ini hanya membuka dua Program Keahlian yaitu Program Keahlian Kriya Kayu dan Kriya Tekstil. Kemudian mengacu kepada kebutuhan daerah maka tahun 2003 dibuka Program Keahlian tambahan yaitu Program Keahlian Akuntansi, dan ditahun 2006 dibuka lagi Program Keahlian Tata Busana, berikutnya ditahun 2008 dibuka satu program keahlian lagi yaitu Program Keahlian Multimedia dan terakhir pada tahun 2010 dibuka lagi 3 (tiga) program keahlian yaitu Teknik Komputer Jaringan, Desain Komunikasi Visual dan Administrasi Perkantoran. Tahun 2020 telah dibuka Jurusan Tata Boga. Dengan demikian sekarang ada 9 Program Keahlian yang ada di SMKN 1 Ampek Angkek. Pembukaan program keahlian yang sampai saat ini sudah mencapai 9 program keahlian dan kemungkinan juga akan terus berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dilatar belakangi oleh beberapa hal:

  1. Kebutuhan akan tenaga kerja dibidang konveksi pakaian jadi, furniture dan jasa lainnya karena Kecamatan Ampek Angkek adalah salah satu sentra industri pakaian jadi penyangga kebutuhan pasar Aur Bukittinggi sebagai pasar konveksi terbesar di pulau Sumatera.
  2. Secara historis Kecamatan Ampek Angkek adalah salah satu kawasan yang dikenal sebagai penghasil barang konveksi, sentra ukiran tradisional dan usaha perabot lainnya yang telah berlangsung semenjak jaman penjajahan Belanda , dan masih eksis sampai sekarang.
  3. Secara Kultural, profesi sebagai penjahit, pengrajin ukiran dan pengusaha konveksi sudah begitu membudaya dan mengakar dikalangan masyarakat Ampek Angkek, sehingga mata pencarian masyarakat bertumpu pada usaha konveksi, ukiran tradisional, mulai dari pengrajin, sampai pada pengusaha, baik yang tinggal di Ampek Angkek, bahkan menjadi pengusaha di perantauan. Tidak sedikit jumlahnya pengusaha konveksi berskala besar yang tinggal di kota Jakarta, Medan, Bandung, adalah perantau dari Ampek Angkek.
  4. Dalam pandangan strategis, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi pakaian jadi, ukiran traidisional, furniture di Ampek Angkek masih kurang, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, sehingga disaat musim permintaan tinggi, produksi terpaksa di pasok dari Jawa Barat dan daerah penghasil konveksi lainya.
  5. Usaha konfeksi, dan ukiran kayu di Ampek Angek masih di pandang oleh sebagian masyarkat sebagai usaha tradisional, karena selama ini dikerjakan oleh tenaga kerja yang mendapatkan keahlian secara turun temurun,sehingga dibutuhkan pendekatan secara akedemis,untuk mengantisipasi persaingan global,agar usaha masyarakat ini tidak kalah bersaing dan tetap eksis.
  6. Tantangan Dunia Pendidikan, sampai saat ini sekolah belum mampu sepenuhnya meyakinkan masyarakat akan pentingnya sebuah usaha yang dilatar belakangi oleh pendidikan, mengingat SMK Negeri 1 Ampek Angek belum memiliki sarana praktek yang memadai bila dibandingkan dengan kecepatan masyarakat dalam menggunakan teknologi komputerisasi dan peralatan produksi yang pesat sekali perkembangannya.